Senin, 30 Januari 2012

CATATAN

Smile of Split by NEKOMATA Master. Itu musik sekaligus topik yang bagus buat kita jadiin salah satu bahasan. Ya ini mungkin tidak lebih halus daripada motivasi-motivasi om Mario Teguh juga tidak sedikit pedes dari Stand Up Comedy, catatan bang Raditya Dika, dan tindak pidana korupsi. Kalo mas Pandji bisa bikin saya ketawa dengan cimengnya di stand up comedy, maka saya bisa sedikit bikin orang “nyimeng” tulisan saya.

Ya saya disini akan mulai menulis sebagai diri saya sendiri yang terkenal “agak” sarap oleh teman-teman saya. Itu sebabnya mengapa panggilan saya oleh para sahabat agak sedikit menjijikan (mungkin memang sangat menjijikan) yaitu Wadux (baca : ee). Saya pertama bingung mengapa kok wajah saya yang kecepetan 8 tahun ini (baca : muka tua [baca lagi :muka boros]) disamain sama boker. Ternyata sahabat-sahabat saya berkata kalo saya ngomong sama berkelakar, saya suka ga kontrol tapi tahu kapan waktunya saya mesti ngomong pedes dan bertindak edan. Para sahabat bilang saya itu kalo dalam omongan, kalo jelek ya jelek, bagus ya bagus. Dan terkadang dalam tindakan, saya bisa bikin orang yang ga mikir jadi mikir. Itu tanpa pandang bulu, mau dia pejabat, konglomerat, sobat bahkan pacar sendiri pasti saya omongin kalo orangnya sinting. Tapi mereka bilang saya tau momen yang pas buat bikin mereka mikir. Emang iya ya? Saya ga tau. Orang diluar lebih tahu saya hanya diluarnya saja. Saya sendiri merasa kalopun saya kaya begitu, berarti itulah diri saya walaupun ada beberapa hal yang mungkin ga sesuai dengan diri saya mengenai penilaian orang lain. Gitu aja.

Oke kembali ke bahasan. Smile of Split. Musik tanpa vocal karya NEKOMATA master (Thanks to Albert Nishiyama yang sudah ngetag link albumnya). Ini adalah satu hal yang bikin saya merinding. “Senyuman Perpisahan”. Yang namanya senyum itu adalah hal yang menyenangkan apalagi kalo misal si doi yang kita gebet selama sewindu kaya lagunya mas Tulus tapi ga pernah ngelirik kita sedikitpun mendadak senyum ke kita, kita pasti bakalan push up pake satu jari dengan kaki menghadap langit sambil teriak “AKHIRNYA!!!” sambil pasang muka seneng ala sinetron kucing yang tertukar.

Kenapa saya merinding ketika liat judul Smile of Split? Karena yang namanya senyuman saat berpisah itu emang menyakitkan, terasa sampai ke ulu hati sampai-sampai ga kuat nahan boker. Ini nyata. Kita bisa rasakan ketika seorang yang kita kasihi dan sayangi tersenyum di akhir hayatnya, begitu memilukan. Kita bisa rasakan senyuman disaat kita akan dipisahkan oleh jarak dengan kekasih kita, begitu menyedihkan. Kita bisa rasakan senyuman disaat kita akan berpisah dengan keluarga karena panggilan tugas, begitu merindunya. Dan kita bisa rasakan senyuman kuntilanak disaat kita berpisah bersama teman-teman, begitu menakutkan.

Senyum itu indah. Dan senyuman itu adalah sedekah bagi orang yang tak mampu bersedekah. Ambil contoh. Kita sedang berada di negara berantah untuk cari kerja. Kita tidak tahu dimana tempat makan yang pas dengan kocek, dan dimana tempat bernaung yang murah. Tiba-tiba kita “disenyumi” oleh pria yang sama sekali tidak kita kenal. Dia preman berbadan kekar, perut banyak kotak nya, muka banyak codet sama bekas jahitan, di punggungnya terdapat tato naga yang diukir menjadi kata-kata, rambut ala Son Goku keserang stroke, gelang hasil pengerasan uler kobra, anting dari velg racing motor Mio, kalung handmade dari velg ban mobil Katana dan kuku-kuku tangan panjang (orang apa genderuwo?). Sontak kita kaget karena yang senyum terhadap kita itu orang aneh macam dia dan timbul rasa curiga “wah ini orang pasti ada maksud terselubung.”. Si preman lantas mencarikan tempat bernaung yang nyaman tapi murah kemudian tempat makan enak, kenyang dan pas dengan saku orang menengah kebawah. Kita pasti bakal terus menaruh curiga karena kita tidak mengenalnya. Tapi setelah kita mengenalnya selama beberapa lama dan ternyata dia memang orang yang baik dan loyal juga animo masyarakat terhadap si preman tersebut memang bagus-bagus karena dia adalah preman yang menjaga nama baik daerahnya. Selidik demi selidik, ternyata tato naga yang diukir menjadi kata-kata itu bertuliskan “I LOVE MAMAH, PAPAH”. Pantesan. Setelah bertahun-tahun kita menetap di negara berantah tersebut dan bersahabat dengan si preman-berbudi-luhur, kitapun memiliki keterikatan padahal hanya berawal dari sebuah senyuman yang semula kita anggap mencurigakan. Sampai akhirnya si preman menemui ajalnya, dia tersenyum kepada kita dan mengucapkan his last farewell, begitu memilukan dan rasanya kita tidak ingin berpisah dengan si preman. Sampai akhirnya, dia menghembuskan nafas terakhirnya. Kita hanya bisa menangis pilu dan menyesali bahwa pandangan pertama kita padanya begitu jahat.

Nah, fairy tale diatas memberi kita 2 pelajaran sekaligus. Yaitu jangan menilai orang dari fisik itu yang paling utama dan yang kedua, tersenyumlah sekalipun itu yang terakhir kali untuk kita dan terakhir kali untuk orang lain. Senyuman perpisahan memang tidak mengenakan. Apalagi apabila kita telah menyia-nyiakan sebuah senyuman. Ketika kita mendapati bahwa orang yang terakhir senyum kepada kita adalah benar-benar orang terakhir yang tersenyum untuk kita di dunia, pada akhirnya kita hanya bisa berharap kosong bahwa kita dapat menemukan senyuman yang sama di waktu mendatang.

Lanjut mengenai cinta. Ya. Cinta. Topik yang paling sering dituliskan dan diungkapkan oleh bang Raditya Dika juga para remaja ababil. Saya termasuk veteran galau di dunia persilatan cinta. Jujur saya pernah mengalami apa yang mungkin dirasakan para Galau Mania bahkan mungkin saya lebih hebat lagi.

Mengapa cinta itu menjadi hal yang sangat ribet untuk dibicarakan? Padahal simple kok. Cuma urusan hati ke hati. Tapi kenapa ribet? Yang ribet itu cinta congcorang (belalang sembah). Kenapa? Karena kalo si jantan udah cinta sama si betina, maka sama saja dia rela kehilangan kepalanya karena pada akhirnya setelah kawin, para betina akan memakan kepala si jantan. Nah, kalo di aplikasikan pada manusia, sepertinya semua laki-laki pasti bakalan jadi homo biar ga ilang kepalanya. Itu hanya analogi sekaligus bukti bahwa dalam mencintai, kita harus rela berkorban bahkan yang terberat sekalipun juga harus paham, bukan hanya mengerti, keadaan masing-masing. Saya akan membahas permasalahan cinta pada remaja umumnya, laki-laki khususnya. Maaf bagi para perempuan, bukan maksud memojokan namun apabila merasa terpojok oleh kata-kata saya, beberapa kasus dibawah tinggal dibalik aja posisi cowo ke cewe-in. Sebagai awal bahasan, kita ambil contoh, yaitu tentang “Si dua sejoli yang cuma bisa ketemu satu semester 4 kali-bahkan-engga”.

Kasus pertama, dua sejoli yang susah ketemu karena masalah “tugas mendadak” :

Cowo : (Nelpon) Halowwwhhhh sayangssss... Lagi sibuk ga?

Cewe : Ngga. Kenapa gituuuu?

Cowo : Ketemuan yu? Aku kebetulan lagi libur n’ di rumah ga ada kerjaan apa-apa. Gimana?

Cewe : Aduh aku ada tugas kelompok, say. Kapan-kapan aja ya.. Love youuuu...

Cowo : Ooh. Iya udah ga apa-apa ko. Lancar ya tugas nya. Love you too.. (padahal dalem hatinya teriak “TERUS KENAPA TADI KAMU BILANG GA SIBUK EDAAAAAAAAAAAAN???”)

Nah. Itu baru kasus pertama. Selanjutnya kasus kedua, yaitu dua sejoli yang susah ketemu karena “takut-sama-orang-tua-jadi-backstreet-aja” :

Cowo : (Nelpon lagi) Sayang, ketemuan yu. Aku jemput ya.

Cewe : Hmm... Gimana ya? Hayu aja deh. Tapi ga lama ga apa-apa kan?

Cowo : Ga apa-apa (BIASANYA JUGA GA PERNAH LAMAAAAA!!!) Ya udah aku jemput sekarang ya...

(Beberapa menit kemudian...)

Cowo : Say, udah mau nyampe rumah nih.

Cewe : Eeeeeeeh! Jangan berhenti di depan rumah! Depan pom bensin pinggir rumah aja.

Cowo : Lho? Kenapa? Aku juga kan sekalian mau silaturahmi sama ortu kamu aja. Ga masalah kan?

Cewe : Ngga boleh. Pokonya kamu tunggu depan pom pinggir rumah. Aku males ditanya-tanya tentang hubungan kita. Ntar mereka malah marah sama aku.

Cowo : Terus kalo aku sekalinya keliatan ortu kamu waktu nganter ke rumah, kamu bilang jujur sama mereka kalo aku pacar kamu?

Cewe : Ngga lah, sayang! Aku ga mungkin bilang gitu. Aku cuma bilang kamu kakak kelas aku kebetulan ada perlu, jalannya searah jadi sekalian nganter aku, gitu deh. Please ngerti yah sayang kita backstreet dulu aja.

Cowo : Ooh. Iya udah ga apa-apa kok sayang. (Teriak lagi dalem hati “TERUS WAKTU KEMAREN AKU NITIP SALAM BUAT ORTU KAMU DAN MEREKA BALES DENGAN BILANG ‘Waalaikumsalam calon menantu titik dua kurung tutup’ DAN KAKAK-KAKAKMU YANG UDAH PADA PUNYA PACAR ITU MAKSUDNYA APAAAAAAAA???”)

Cewe : Eh sayang tiba-tiba Papa nyuruh aku ikut nengok keponakan. Aku dipaksa ikut. Soalnya sama mama juga ngajaknya. Maaf ya ga jadi? Ga apa-apa kan sayang? Jangan marah ya..

Cowo : Oh. Yaudah ga apa-apa kok sayang. Hati-hati dijalan ya. (TERUS AKU YANG UDAH DIDEPAN POM BENSIN INI MAKSUDNYA APAAAAAAA???)

Pada akhirnya muncul keinginan si cowo untuk ngeledakin pom bensin dengan bawa spanduk kampanye “RESTUI HUBUNGAN SAYA DENGAN ANAKMU BAPAK!!! PILIH NO 3!!!”.

Nah. Itu kasus kedua. Terakhir kasus ketiga, yaitu dua sejoli yang susah ketemu tapi untuk teman sekelasnya gampang-gampang saja :

Cowo : (Lagi-lagi nelpon) Sayang, ketemuan yuk di kafe. Kita beli es krim kesukaan kamu. Kita kan udah lama ga ketemu semenjak aku kuliah (Padahal sih selama aku di SMA juga kita cuma ketemu secara accidental kalo bukan karena aku se ekskul sama kamu).

Cewe : Hmm, gimana ya.. Aku lagi jaga toko nih ngegantiin mama. Kalo misalnya boleh keluar terus ada yang ngegantiin, aku pasti mau kok hangout sama kamu. Tapi kayanya ga bisa, say. Soalnya mama agak sakit. Maaf ya?

Cowo : Ya udah ga apa-apa. Kalo aku anterin aja es krimnya ke rumah kamu, gimana?

Cewe : Jangan!!! Pokoknya jangan! Ngerepotin kamu ntarnya.

Cowo : Ga apa-apa ko sayang. Kan ini aku yang niat beliin bukan kamu yang minta. Lagian kan udah lama aku ga beliin kamu eskrim strawberry lagi...

Cewe : Ga boleh! Pokoknya kalo sampe ngebeliin, aku ga mau ketemu lagi sama kamu!

Cowo : (Anjir!!! Skak Mat!!! Keluarin jurus pamungkas, NURUT!!!) Ya udah deh sayang iyah ga akan aku beliin, jangan ngambek yaa.. Cepet sehat buat mama yaa..

Cewe : Makasih udah ngerti. Iyah amiiin. Makasih ya ntar aku sampein ke mama.

(Namun beberapa saat si cowo buka social network “Serbuk”, dan liat profil si cewenya dengan nama profil si cewenya “Eh dia Kok Bisa?” terdapat beberapa Tembok ke Tembok dengan salah seorang temannya yang bernama “Bela-belain Galau Ghetto” isinya gini soooob.)

Galau : Hey sistah! Gimana ntar sore acara bakar jagung jadi?

Ko bisa? : Iyah jadi dongs. Kalian kerumah aja dulu sekaligus kumpul sama beres-beres. Ntar beli bahannya kalo udah pada ngumpul ya.

Galau : Oke deeeeeh cantiiikssss!

Ko bisa? : Yang lain pada jadi dateng kaaaan?

Galau : Iyadongs ini udah pada ngumpul.

Ko bisa? : Okeeee. Ditunggu yaaaaa!

(Sontak si cowo kena serangan jantung sambil mangap saat itu juga)

Nah itu 3 contoh masalah dalam hubungan cinta remaja (sebenernya sih masalah saya dulu cuma agak di remake agar tak ada pihak yang ga mikir). Sekarang kita ambil makna dari masing-masing masalah.

Pada masalah pertama, sebenarnya kita hanya perlu berkaca pada iklan Rempongsel produk “Kartu Asuransi” yang isinya ada cewe bilang “APA SUSAHNYA NGOMOOOONGKKHHHH???” itu sangatlah benar. Mengapa? Jadi apabila kita memang sibuk, atau tidak ingin ketemuan karena ada hal-hal tertentu, tinggal bicara jujur saja. Toh sekalipun si lawan bicara kesal, mereka tak akan pasang tampang nahan boker sampe mati. Pasti akan muncul pengertian-pengertian yang membuat kita memahami keadaan si pasangan dan itulah sebenarnya salah satu arti dari “kesetiaan”, yaitu mengungkapkan keadaan dan keberadaan kita dalam kondisi apapun.

Di masalah kedua, pada dasarnya orang tua itu berbeda cara mendidik anaknya. Keluarga itu tidak ada yang sama kehidupannya dan cara menjalani hidupnya. Ada yang bapaknya enjoy bak om Mario Teguh dan oke kaya om Bob Sadino, ada juga yang bapaknya kejam bak Hitler dan idealis seperti Karl Marx terutama dalam masalah pacaran ini. Ada yang membebaskan, ada yang membebaskan-tapi-harus-kenal-dulu, ada yang membebaskan-tapi-harus-kenal-dulu-terus-ada-syaratnya, ada juga yang benar-benar strict dan tidak boleh berhubungan/pacaran sama sekali. Memang bukanlah hal yang mudah untuk meyakinkan orang tua, namun berusaha tak ada salahnya kan? Yang penting kita mengetahui apakah baik orang tua kita dan orang tua pasangan kita memperbolehkan kita berhubungan atau tidak. Apabila kita diperbolehkan, bukan berarti kita bebas melakukan apa saja bersama pacar kita dan apabila kita dilarang keras oleh orang tua kita, itu bukan akhir dari segalanya. Nah apabila seperti itu, maka barulah kita gunakan istilah “Backstreet” atau pacaran tanpa diketahui pihak-pihak tertentu. Ada banyak cara untuk mengatasi masalah ortu ini. Dan kembali lagi kepada cara kita meyakinkan orang tua kita juga. Ini juga termasuk salah satu arti “kesetiaan”, yaitu mampu membuat dunia percaya bahwa kita tidak akan bertindak macam-macam dalam hubungan pacaran ini.

Nah. Dalam masalah yang ketiga, ini adalah yang paling miris dan yang paling banyak menjadi sebab selingkuh dalam LDR (Long Distance Relationship). Mengapa? Karena kita secara tak langsung dan tanpa disadari oleh si pasangan kita bahwa kita tidaklah terlalu penting. Mending apabila dalam masalah diatas kita diajak untuk hepi-hepi bersama toh ngga merugikan ya kan? Yang lainnya pun pasti mengerti. Memang saya berprinsip pacaran itu nomor 5 karena yang pertama itu ibadah, kedua keluarga, ketiga belajar dan keempat bekerja, baru pacaran kita urus, namun apabila seperti ini, maka apa arti eksistensi kita selama berhubungan dengan pasangan kita? Mungkin bagi yang melakukan LDR, bertemu dengan sang kekasih adalah hal yang paling kita rindukan. Saya berani bertaruh nyawa tetangga apabila ada diantara kalian yang menyebutkan bahwa “LDR kan ga perlu ketemuan”. Tolol itu. Yang namanya komunikasi langsung itu diperlukan dan tetap yang utama. Kan bisa via perantara SMS, telepon, BBM, chatting, dll? Goblok akut yang kaya begitu tuh! Kita itu bukan pacaran sama tulisan dan bukan pacaran sama suaranya doang sob!!! Komunikasi langsung atau ketemuan itu perlu dimana kita bisa melihat wajah kekasih kita secara langsung, cara dia berbicara, cara dia tersenyum, cara dia bercanda, marah dll. Sebagai pelepas rindu disamping komunikasi via perantara macam surat, SMS, telepon, BBM, chatting, dsb dalam konteks hubungan pacaran apalagi LDR. Sekarang coba pikirkan. Teman sekelas apalagi SMA, hampir setiap 6 hari bahkan bisa disebut setiap hari bertemu terus. Lihat yang LDR an!!! Makan di kafe sendirian, sekelilingnya pada mesra, becanda-becanda, ada pula yang lagi marahan, semua berwarna. Lihat yang LDR an!!! Jalan-jalan cuma bareng temen itupun kebetulan karena ga ada kerjaan atau bahkan jalan sendirian, sekelilingnya pada bareng pasangan, enjoy dan hepi banget, penuh warna sob!!! Dan sekarang teman sekelas yang setiap hari bertemu begitu menjadi prioritas dibanding para kekasih yang hanya bisa bertemu seminggu, dua minggu, sebulan bahkan setahun sekali!!! Sama saja kita diselingkuhi dengan sikapnya yang mengutamakan teman sekelasnya secara keterlaluan! Bayangkan! Betapa merindunya para kekasih yang jauh yang merindukan kebersamaan hubungan mereka dan betapa KEJAMnya mereka yang lebih mengutamakan yang sering ketemu. Sontak dengan hal seperti itupun bakal muncul keinginan-keinginan untuk selingkuh. Siapapun itu saya berani jamin. Karena sekarang bertemu pun enggan, apalagi untuk menjalani ke jenjang yang lebih serius, kita hanya dianggap sampah! Dan saya yakin, yang mengalami ini juga pasti sudah mengalami selingkuh karena tak dianggap. Diselingkuhi itu memang sakit. Tapi pikirkanlah sebab selingkuh itu, sepertinya karena kita juga “diselingkuhi” oleh perbuatan sang kekasih, itu adalah penyebab selingkuh paling akut di dunia keremajaan. Ini juga menjadi arti lain dari “kesetiaan”, yaitu mampu hadir untuk kekasih kita disaat kita benar-benar luang atau bahkan genting sekalipun dan benar-benar mampu untuk “benar-benar hadir” dalam hidupnya.

Setia itu bukan berarti tidak pernah selingkuh, tapi tidak pernah menyia-nyiakan. Baik itu menyia-nyiakan kasih sayang, kesempatan bertemu, pengertian, pemahaman, juga kepercayaan. Apabila kita masih belum bisa mendalami hal-hal barusan, berarti kita masih belum setia. Sampai-sampai orang yang begitu berarti untuk kitapun, mereka malah merasa sia-sia keberadaan dan cintanya karena ulah kita juga. Orang berlaku jahat kepada kita karena berawal dari perbuatan kita juga, bukan tanpa sebab. Karena orang yang tulus menyayangi seseorang itu, bukan dilihat karena “aku ini setia” atau “maaf orang tua ga merestui” atau bahkan hal menyedihkan seperti “maaf bukan tipe saya”, tapi dilihat dari sejauh mana dia memperjuangkan cinta dan kasih sayangnya akan orang yang dia sayangi. Mungkin, saya adalah termasuk orang yang berjuang terus menerus, selama hampir setahun, sekalipun saya tak akan pernah dilirik lagi olehnya “karena selingkuh”…

-Bersambung dulu nanti dilanjut. Ngantuk...-

-Rd. Fadli Aditia R. S / DeuX-

Disela-sela kesibukannya...

26 Januari 2012, 03.21am

Jumat, 09 Desember 2011

PUISI UNTUK KAMU

D**** K**********
maaf sebelumya ku kirim puisi ini untukmu
puisi yang tak begitu indah dan sangat basi
puisi yang mungkin kau bilang gombal atau lebay puisi yang bisa saja kau campakan dan buang
tapi puisi ini adalah curahan
curahan dengan berjuta makna dalam hidupku

D**** K**********
Tak sedikitpun aku bermaksud menggombalimu
Tak sedikit juga, aku berniat jahat padamu
masih bisa dihitung jari dimana kita bersama tersenyum
mungkin hitung jam kita berkomunikasi
tapi hari-hariku indah saat mengenalmu
wajahmu, perhatianmu, dan semua tentangmu
menjadi hantu yang hadir dalam pikirku

D**** K**********
Cahaya cintamu rabunkan mata batinku
tentangmu hancurkan gendang hatiku
indahnya wajah dibalik kerudung itu membutakan cintaku
kau telah menjadi alunan nada dalam pikirku
yang selalu membuatku menjadi tenang
yang selalu menjadi bunga dalam tidurku
D**** K**********
berhentilah menahan cinta yang kau kunci
karena kau telah menemukan pengetuknya
berhentilah bercerita tentang masa lalu kita dan mulailah memandang kedepan lagi
karena kau sudah temukan pembukanya
Ya... Kau telah menemukan penjaga hatimu
yang dulu pernah menyakitimu
yang dulu pernah membuatmu menangis
dan kini datang dengan untuk merubah tangismu
menjadi sebuah senyuman
yang kini datang membawa sebuah pelangi
Untuk menemani tidurmu lagi
itu aku D**** K**********
maaf beribu maaf
jika aku telah lancang mencintaimu
tak pernah terpikir tuk begitu jatuh cinta padamu
tapi ini datang jauh dari kesadaranku
aku berharap kau juga begitu
dan mau menjadi sesuatu dalam hidupku lagi
dalam hidup seseorang yang bahkan begitu tak sempurna ini
maaf D**** K**********, jika aku sayang kamu

Maukah kau menjadi kekasih hatiku lagi?




Kamis, 08 Desember 2011

Inilah Pelangi di Setahun Putih Biruku


Kita putar balik kehidupanku ke setahun lalu, dua tahun lalu, tiga tahun lalu dan yap, kita berhenti di lima tahun yang lalu, 2007. Inilah dimana ketika aku masih kelas 3 SMP. Dan masih bercelana pendek berwarna biru. Dengan setelan tas rapet dipunggung dan saat itu masih musim celana kedodoran.

Baik. Namaku masih sama, belum berubah. Apabila mendadak jadi manula, maka saya ulangi. Namaku adalah Rd. Fadli Aditia Rahman S. Aku adalah siswa SMPN 1 Sumedang kelas 3F. Inilah cerita dimana sebenarnya aku mengalami perasaan cintaku yang pertama kalinya. Basinya yaitu pertama kali mengenal wanita (baca : doyan cewe). Aku masih makhluk setengah jadi saat itu. Wajah bersih, rambut kelimis, berkacamata, pakaian rapi dan masih menjadi atlet (tukang racing sepeda dipagi hari [baca : ngebut kejar tutup gerbang]). Ya, aku masih suka bersepeda saat itu. Naik gunung pun bawa sepeda, karena tak kuat ngayuh sepeda. Tak mengerti? Telen saja.

Saat itu adalah masa penerimaan siswa baru di SMPN 1. Dan aku masih belum seberani hari ini. Aku masih terkenal dengan kode etik ke-cupu-anku. Malah aku lebih senang diam dibanding rame seperti sekarang. Lanjut. Saat itu, seperti biasa, anak-anak kelas siap hunting bocah kelas satu dengan kriteria cantik, bodi asik tanpa operasi plastik, spesifikasi wanita ukuran SMP tentunya. Aku diajak anak-anak sekelas untuk hunting. Awalnya aku geleng kepala. Tapi karena dipaksa, pada akhirnya aku tetap geleng kepala sambil mengikuti mereka. Kita berkeliling ke tiap gugus, satu per satu. Aku tak mengerti mengapa saat itu aku merasa bahwa mencari wanita itu adalah hal yang sangat tidak penting. Namun semua berubah ketika saat itu aku melewati gugus 1E. Saat itu aku melihat satu bocah yang mengalihkan pandanganku. Aku tak mengerti mengapa pandanganku tak lepas darinya. Sampai pada akhirnya aku nyium tembok. Saat itulah, mungkin aku merasakan yang namanya cinta.

Setiap hari aku berusaha datang pagi untuk bisa melihat wajahnya yang bulat. Aku kayuh sepedaku dengan semangat. Maklum, namanya masih SMP, kalau ada hal yang menyenangkan pasti bawaannya selalu semangat. Sampai aku menyadari, aku berangkat sekolah pake sandal capit karena sebelumnya aku disuruh belanja sembako oleh Ibu. Pantas saja ibu memanggilku dari jauh dengan semangat. Ternyata aku lupa sepatuan. Sampai aku kembali lagi ke sekolah, aku bertanya pada Riski, teman sekelasku yang juga anggota osis, notabene sebagai panitia mos.

“Ki, kamu pin-gus 1E bukan?”

“Bukan, Den. Kenapa? Ada kecengan ya?”

“Kecengan apaan?” (maklum, saat itu aku belum mengerti istilah dalam pacaran. Bahkan “jadian” pun aku tak tahu artinya apa. Aku anggap jadian itu sebagai mulai balapan. Miris.)

“Yah, kamu. Kecengan tuh berarti orang yang disukain. Cewe, cewe!”

“Oh. Kayanya bukan. Aku cuma seneng liat salah satu penghuni 1E aja. Cewe, mukanya bulet. Lucu deh. Kalo ga salah ada choco chip nya di idung.”

“Iya itu teh ngeceng namanya!”

“Bukan. Cuma seneng liat aja.” Dengan ke-cupu-an ku aku menjawab mantap tapi tolol.

“Yaudah terserah deh. Kalo mau, ntar aku salamin. Siapa namanya?”

“Ga tau.”

“Monyong..”

Ya. Saat itu aku tidak mengetahui siapa namanya. Bahkan aku yang terkenal culun sejati ini tak pernah mengerti apa arti dari perasaan yang muncul di hati ini. Aku anggap saja itu sebagai penyakit liver.

Aku sering melihatnya di kantin, dan mendadak menghilang setelah mendapatinya datang kearahku. Seperti anak SMP pada umumnya, kalau ada seseorang yang disukai, pasti langsung kabur bak betmen nahan boker. Aku saat itu sedang ngulek sambal di kantin spesialis gorengan disebelah ujung dekat bekas kelas 2A, pinggir kantin hijau. Ya. Dengan bekal sehari Rp. 2000,- aku hanya mampu beli 5 buah gorengan dan satu gelas aqua. Dan itu rutin. Bahkan terkadang aku tak pernah bekal uang. Didikan hemat seperti itu sudah diterapkan sejak aku SD. Makanya sampai sekarangpun, tak ada uang bukanlah satu hal yang sulit jika kita mampu me-manage keadaan. Uang bukanlah puncak kebahagiaan. Puncak kebahagiaan adalah ketika kita bisa menyayangi orang yang kita sayangi, ataupun sebaliknya. Ikhlas, saling mengerti dan memahami satu sama lain, tanpa melihat sisi materi. Materi hanya sumber pertikaian. Kita saling menyayangi, orang tua tidak menyetujui karena istilah “Mau kamu kasih makan anak saya apa? Kerjaan gaji sedikit. Mau ngasih makan cinta? Mikir pake otak, nak!” dan pada akhirnya, lelaki anak orang tak punya tak akan pernah bisa menjadi seorang suami dari calon istri yang menyayanginya dalam konteks anak orang berada karena masalah materi. Ya. Menjadi seorang lelaki adalah hal yang sulit. Karena lelaki harus memikul beban lebih dan terkadang, wanita tak memahami itu. Lanjut. Saat setelah mengulek sambal, aku langsung memandangi gehu panas yang kelihatan lezat dan uras. Niatnya mau ambil gehu dan uras, malah aku ambil langkah seribu. Karena kulihat wanita itu. Ya, kabur adalah ciri khas perasaan terpendam yang keterlaluan tapi menyenangkan.

Aku bingung. Aku tak mengerti apa yang sebenarnya kurasakan ini. Setiap hari, aku selalu ingin melewati kelas 1E dan mengetahui siapa nama dari wanita itu. Namun aku enggan, takut disangka pedofil berkacamata yang doyan nyulik bocah dengan setelan serba kelimis. Aku pikir perasaan ini mirip sekali dengan perasaan ketika menghadapi rumus fisika pemberian Pak Purnama yang begitu jelimet (baca : emang buta fisika). Lalu kemudian, aku curhat pada Fury tetangga bangku ku.

“Fur! Aku bingung. Aku ini kena perasaan yang ngga enak. Aku selalu mikirin satu cewe anak kelas 1E. Ga tau kenapa. Setiap liat anak itu pasti bawaannya pengen kabur. Ini perasaan apaan sih?”

“Cieeee, Raden ngeceng cewe buat pertama kalinya nih.”

“Bukan ngeceng. Cuma seneng.”

“Ciee... Raden seneng.”

“Iya apalah itu disebutnya. Aku cuma pengen tau, aku tuh kenapa?”

“Kamu jatuh cinta, Den”

“Sbbbbbrrrrrrrruuuuuttttttt......!!!!(Sound effect ketika air yang kuminum nyembur) Hah!? Jatuh cinta? Idih..”

“Kenapa, Den?”

“Engga. Aku ga suka cinta-cintaan.” Dan akupun berubah bad mood sambil meninggalkan Fury yang kebingungan mengapa aku menjadi bad mood.

Ya. Aku tak suka mengalami cinta. Karena satu keadaan, aku menjadi tak suka jatuh cinta. Saat itu saat masih berada pada kelas 2 semester 2, aku pernah memendam perasaan pada satu orang wanita. Dia adalah wanita pertama yang aku sukai, bukan cintai. Aku pendam dan tak pernah kuungkapkan hingga saat ini. Sampai pada akhirnya aku coba untuk mengirim surat untuknya via temanku (aku mulai memegang HP saat kelas 3 semester 2) yang sekolah di Bandung namun sedang berada di Sumedang (saat itu si wanita berdomisili di Bandung) aku bingung mengapa dia diam. Ternyata aku telat menyampaikan perasaan suka ku padanya. Dia meninggal karena kecelakaan. Surat yang kupegangpun kubakar agar tak pernah ada lagi kenangan dimana aku diam-diam menyukainya. Dan saat itulah aku bungkam. Tidak pernah lagi ingin merasakan rasa suka ataupun cinta. Tapi mengapa sekarang seperti ini? Tak ada yang tahu. Mungkin Allah memberikan jawaban melalui waktu yang terus berjalan.

Aku menjalani hari-hariku seperti biasa. Saat itu mata pelajaran penjaskes Pak Enjang. Seperti biasa, pemanasan dengan lari rute spensa. Lapang basket – kantin – mesjid – wc – lapang basket. Nah aku melakukan hal terlarang. Aku potong jalan kearah kelas 1E (jalan terlarang ketika lari). Aku terus memandangi isi kelas tersebut sambil lari dan akhirnya aku push up 5 seri karena ketahuan motong jalan. Saat itu aku terus menjalani hidupku seperti itu. Lari dari kenyataan, coba menghindarinya agar tak kelihatan aku menyukainya, dan pulang kerumah dengan perasaan galau. Aku kayuh sepedaku untuk mencari angin. Aku kayuh mengelilingi kota Sumedang. Dan akupun mengayuh hingga kelelahan. Dia tetap ada dipikiranku.

Nenekku saat itu sedang dirawat di rumah sakit karena penyakitnya. Sehingga pada semester 2 aku sering pulang ke rumah sakit, bukan ke rumah. Hal ini membuatku lupa akan semuanya. Akan perasaanku yang menyukainya, akan perasaanku yang membisu dihatiku. Dan sampai aku merasakan kehilangan seseorang untuk kedua kalinya pun, perasaanku padanya tak pernah terungkap. Hingga Nenek ku tutup usia.

Saat itu aku hanya sekedar menyukainya saja. Aku biarkan perasaan ini. Hingga pada akhirnya aku lupa akan semuanya. Ya... Sampai aku melepas putih biru pun, dan hingga aku mengenakan putih abu pun, aku masih tak mengetahui siapa namanya... Aku anggap saja dia sebagai pelangi pertama yang mewarnai hidupku di dunia putih biruku yang culun.

8 Desember 2011

Rd. Fadli A. R. S

(Ketika semua terkenang di bangunan SMPN 1 Sumedang 3 minggu lalu)

Sabtu, 03 Desember 2011

OLI BEKAS, PELANGI DAN ROTI PISANG COKLAT


Oli bekas dan pelangi? Ya, ini judul yang agak menyedihkan. Mengapa oli bekas yang hitam legam harus diselaraskan dengan pelangi yang indah? Tetapi lebih baik seperti itu karena bila pelangi dihubungkan dengan comberan, itu artinya akan lebih menyedihkan lagi.

Namaku Rd. Fadli Aditia Rahman Sumawilaga. Nama yang panjang dan sangat tidak cocok untuk Ujian Nasional. Dan itu nama terpanjang di angkatanku. Aku adalah seorang siswa SMA Negeri 1 Sumedang kelas 12 SI 1. Saat itu adalah masa penerimaan siswa baru dan aku bertindak sebagai komisi penegak kedisiplinan. Pada mulanya aku tak mengerti mengapa aku yang berwajah mirip bencong ngamen dan tidak ada seram-seramnya ini malah dijadikan komdis. Pada kenyataannya, bencong ngamen memang menyeramkan. Dan ini adalah awal kisah cintaku yang mirip oli bekas, yang hitam legam, lengket, juga agak tak sedap dipandang, yang tidak sepantasnya dipasangkan dengan pelangi yang indah.

Saat itu, aku adalah komdis paling galak dan jaim diantara semua anggota komdis. Wajar saja, hari pertama penerimaan siswa baru, aku sudah bikin gempar angkatan baru, bahkan semua panitia pun tak menyangka aku segalak itu karena mereka mengenalku sebagai seorang yang, ya, banyak bercanda. Padahal aku hanya membagi porsi dimana aku harus bertindak sewajarnya di forum yang berbeda, baiklah aku memang hobi bercanda dan melihat orang lain tersenyum, tetapi aku akan berubah serius di forum yang menuntutku untuk serius. Bercanda ada waktunya.

Saat itu aku mulai berkeliling melakukan operasi ke tiap-tiap kelas dan sampailah di gugus 10 dimana aku menemukan pelangi di hatiku. Alay, lebay, dan terkesan seperti seorang pujangga yang mati bunuh diri gara-gara karya-karyanya tak laku di pasaran. Tapi ya begitulah yang kurasakan ketika kelima kalinya melihat wajahnya, karena saat pertama kali aku agak kurang suka pada raut wajahnya yang terkesan seperti sedang mencibir dan merendahkan. Sudah bulat mirip bola tenis penyok-penyok, mencibir pula. Makin mirip raket tenis. Wanita ini bernama Dia (yang disamarkan Cuma ini saja, yang lain asli). Aku mendadak menyukai wanita ini (sebenarnya sudah ngebet sejak kelas 3 SMP namun karena saat masih kelas 3 SMP aku termasuk pemuda kelimis berkacamata dengan rambut cap tsunami Aceh [baca : cupu], aku belum seberani sekarang jadi hanya kupendam dengan cara lewat kelasnya ketika lari saat pelajaran penjaskes ke arah kelas 1e kalau tidak salah dan setelah itu push up 5 seri karena ketahuan motong jalan terlarang oleh Pak Epi, guru penjasku di SMP) sampai-sampai aku banyak selidik sana-sini walaupun pada akhirnya aku tak mendapatkan apa-apa sampai akhirnya aku bertemu adik kelasku yaitu Niken, teman sekelas Dia. Seperti ketiban duren runtuh hingga kejang-kejang dengan kepala berdarah, aku merasa senang bukan main karena mendapati Niken yang kukenal sebagai teman pesantrenku dulu itu sekelas dengan Dia. Sedikit demi sedikit aku bertanya padanya.

“Ken, kamu sekelas dengan anak yang namanya Dia?” aku bertanya sambil pasang muka nodong yang kelihatan seperti nahan kentut.

“Iya, A. Emang kenapa? Aa suka ya sama dia?” jawab Niken.

“Ehm, gimana ya... Ah, engga juga. Tapi bisa dibilang iya juga, sih.”

“Adeuuuh.. Baru masuk, udah ada yang keceng-keceng nih. Dia masih punya pacar, A. Namanya Gagah. Temen SMP nya.”

Monyong...

Kali ini aku benar-benar ketiban duren beserta pohon-pohonnya terus dilindes Fuso dan berubah jadi aspal. Aku lemas mendengar pernyataan itu sampai akhirnya aku mundur, karena aku, sekalipun tukang selingkuh (sekarang sudah tobat karena aku mendapati bahwa kita tidak akan pernah bisa mengulang masa lalu untuk memperbaiki keadaan, yang terjadi itu adalah cerminan perbuatan kita dan harus dijadikan pembelajaran di masa mendatang), tak suka mendekati pacar orang lain atau mengganggu hubungan orang lain hingga akhirnya aku tak mengenal dan bahkan lupa siapa itu Dia dan seperti apa wajahnya.

Aku saat itu berkedudukan sebagai Pradana atau ketua pramuka, dan aku mendapati bahwa Dia ternyata menjadi anggota pramuka, setelah acara akbar pramuka SMANSA, yaitu Lomba Lintas Alam usai. Aku bahkan tak pernah mengetahui bahwa aku pernah bercakap-cakap dengan Dia dan mengetahui bahwa itu adalah dirinya karena saat itu aku sangat sibuk dan sampai-sampai aku hanya fokus pada job description pra-hari H karena aku bertindak sebagai penanggung jawab.

Saat itu, malam hari di bulan November tahun 2009, aku masih suka keluyuran di malam hari apabila kurang kerjaan. Cari angin dan jalan-jalan sekitaran alun-alun, tidak seperti ABG kebanyakan yang keluyuran, kebut-kebutan, dan akhirnya nangis masuk rumah sakit gara-gara nabrakin motor hasil ngredit ortunya ke angkot. Aku pergi ke warnet hanya untuk buka Facebook, bikin tautan di blog dan download lagu (saat itu client disebelahku lagi nonton bokep). Aku hanya liat-liat profil orang dan cari kegiatan. Dan PLING! Jendela chatting terbuka dengan nama pengirim Dia Khoerunnisa. Pertama kali aku tidak mengenali siapa wanita ini. Aku hanya berpikiran mungkin dia hanya ABG labil yang lagi hobi melebay dengan tipe tulisan seperti anak yang tak pernah lulus sekolah dan hobi hambur aksara seperti :

“MeeEEuuUuUDddDDhH MalLLllLLEmmMMZzz kkKUuuKkkhAA !?”

Artinya simpel yaitu :

“Met malem kaka!”

Dalam ilmu sastra, hal ini bisa menghemat 36 karakter dan 23 huruf kapital.

Ternyata Dia berbeda. Dia menulis layaknya orang normal yang tak kena stroke. Dia menulis dengan rapi dan sopan. Juga mudah dimengerti. Sampai pada akhirnya aku meminta nomor hp nya yang memang aku butuhkan untuk contact person di ambalan pramuka. Pada akhirnya aku malah sering sms-an dengannya dan mulai mengetahui bahwa aku pernah menyukainya. Namun aku ragu, apakah dia masih bersama kekasihnya, atau sudah putus. Yah, ternyata memang sudah putus dan aku pun sudah putus dengan kekasih lama ku.

Saat itu sore hari di bulan Desember 2009, aku pergi main DDR bersama sahabat gila ku, Otis. Nama aslinya sih Muhammad Harits Novliyan, tetapi karena kelakuannya kurang bisa disebut sebagai kelakuan orang normal pada umumnya, maka dia dipanggil Otis (asal kata autis) oleh teman-teman sekelasnya. Kami berdua merupakan PSK pada hari itu, yaitu Pemuda Susah Keuangan. Duduk di food court Griya Plaza Sumedang (disingkat GPS) hanya untuk, cari mukjizat dengan ketentuan ada teman lewat lagi banyak duit lalu tiba-tiba bilang,

”Oy makan yuk! Tenang aku yang nraktir.”

Memang terkesan orthodox, dan agak tolol. Tapi mukjizat itu ada, lho. Saat itu kebetulan Yuni, mantan pacarku yang sebetulnya adalah bibi ku dari ayah (aku mengetahui ketika dia berkata bahwa yang aku panggil kakek, ternyata dia panggil uwa/paman), sedang kurang kerjaan dan pergi ke GPS dan akhirnya mendapati kami sedang mengais rejeki. Yuni termasuk anak yang memiliki pendapatan Rp. 1,5jt per bulan. Maklum orang tuanya bekerja sebagai kontraktor di Irian Jaya. Namun Yuni sangat lah sederhana. Tidak seperti anak orang kaya kebanyakan yang berpakaian mahal, dan pegang handphone mahal dan hobi buang-buang duit orang tua, dia modis namun sederhana. Dia kebetulan sedang gajian dan kami, yang bermuka layaknya orang tak makan nasi dari SD, akhirnya ditraktir makan. Kami kebingungan karena malu, namun Yuni memaksa dan apa mau dikata, kami terima saja rejeki ini dan kami memilih tutug oncom dan ayam bakar. Saat itulah aku menembak Dia melalui sms dan sampai akhirnya aku meyakinkannya secara langsung. Dan aku diterima. Namun sayang. Belum memasuki usia 1 bulan, hubunganku dengannya rusak karena Dian, mantan pacarku menyatakan bahwa aku masihlah pacarnya padahal tidak. Aku hanya kebetulan sedang curhat dengan nya didepan kelasku hanya sebagai mantan pacar dan Dia mendapatiku berdua dengan Dian sampai dia akhirnya sms Dian. Namun sayang, Dia terburu amarah dan kecewa sehingga aku yakinkan pun, semuanya sudah berakhir. Pada akhirnya aku kembali pada Dian sebagai pelampiasan. Aku tak sepenuh hati menjalaninya karena aku sudah muak dengan kelakuannya yang memperlakukanku seenaknya sebagai robot yang bisa diatur dan harus melulu mengerti dan menuruti dirinya. Pada akhirnya akupun kembali putus dari Dian. Aku pun mulai menjalani kehidupanku sendiri tanpa rasa sayang dan cinta pada orang lain. Sampai pada akhirnya, aku kembali berhubungan dengan orang yang sangat kusayangi, Dia.

Saat itu aku tak tahu kenapa, aku begitu senang pada hari itu. Selain karena pada test drama mata pelajaran bahasa Jepang aku dinobatkan sebagai pemain terbaik, akupun mendapat nilai ulangan bahasa Inggris yang Excellent juga karena melihat kepengurusan Dewan Ambalan baru yang begitu antusias. Aku sangat menyukai hari itu, tepatnya tanggal 12 Februari 2010. Tak tahu mengapa, akhirnya aku memutuskan menembak ulang Dia. Aku sms setelah shalat maghrib dan dijawab 1,5 jam kemudian. Dengan berdasar pada semangat juang 45, ketabahan hati Jendral Soedirman, asas praduga tidak bersalah, soal-soal test TOEFL, eliminasi, substitusi, komplikasi, halusinasi dan hukum phytaghoras, aku tembak dia. Dan diterima!!! Aku langsung loncat-loncat tak tahu arah, dan sampai akhirnya aku sadar, sarungku melorot dan aku mendapati bahwa aku loncat-loncat tanpa sarung, juga tanpa kolor. Si “Udin” pun kedinginan. Aku kembali berhubungan dengannya. Banyak sekali kenangan yang terukir dari serpihan-serpihan kecil sehingga semuanya terkumpul menjadi sebuah kaca utuh. Dari mulai ALGA SMPN 1 Sumedang, ngaliwet, Trip to Tangkuban Parahu, MPK, dan lain sebagainya aku tak bisa ungkapkan karena terlalu banyak kenangan bersamanya. Dan akhirnya aku sadar, aku tak bisa kehilangan Dia. Sejak bersama Dia, hobiku selingkuh-jika-sudah-bosan hilang karena aku begitu mencintai dan menyayangi Dia. Semuanya berjalan begitu indah sampai saat itu terjadi.

Tepatnya bulan Januari tahun 2011, aku mulai merasakan kejanggalan dihatiku. Aku merasa kehilangan kasih sayang Dia. Aku tak mengerti mengapa terjadi seperti itu dan tak ada alasan aku kehilangan cinta Dia. Aku mulai sadar ketika mendengar ucapan Ayah bersama Mbak ku. Menurutnya hubungan jarak jauh itu sulit karena kita hanya sekedar mengetahui keadaan orang yang kita kasihi terbatas hanya melalui dunia maya, SMS, telepon, atau sekedar chatting. Kita jarang atau mungkin tidak mengetahui seperti apa wajahnya ketika tersenyum, ketika tertawa, ketika bahagia, ketika marah dan ataupun ketika bersedih. Bisa saja ketika di sms lawan bicara kita itu marah, tetapi kita tidak mengetahui apakah dia benar-benar marah. Bisa saja di sms dia marah namun pada kenyataannya dia mengetik sambil loncat-loncat atau goyang-gayung tanpa perasaan marah sama sekali atau dia bilang sedang bahagia padahal dia baru saja menghabiskan satu truk tissue karena menangis. Sulit untuk mengetahui wajah kekasih yang sangat kita sayangi. Aku sadar mungkin karena itu aku merasa kehilangan Dia. Wajar saja. Tahun sebelumnya aku masih sangat sering bertemu Dia, memandanginya melalui kaca jendela kelas yang besebrangan dengan kelasnya, memandanginya melalui kaca spion motor ketika mengantarnya pulang, bersamanya ketika ada acara “ririweuhan” (menggila), dan lainnya. Namun kali ini aku memiliki kesibukan dan mulai banyak berada di Bandung untuk kuliah juga bekerja. Aku sadari hal ini, dan akupun yang menguping perbincangan Ayah dan Mba tanpa sadar air mata sudah membanjiri pipiku. Laki-laki sepertiku menangis? Ya. Karena siapapun baik itu laki-laki maupun perempuan akan menangis ketika hatinya tergores.

Aku mulai kalap. Aku menduakan Dia. Kembali aku melakukan kebiasaan buruk ku itu. Aku mendua dengan dalih mencari Dia yang lain dan menjadikan wanita yang aku duakan itu sebagai Dia dengan membuanya seolah-olah bersikap seperti Dia. Namun sulit. Karena yang sebenarnya kucintai hanyalah Dia, bukan orang lain karena Dia sudah melekat di hatiku. Namun lagi, hubunganku kandas di umur satu tahun hubunganku, 12 Februari 2011. Dan aku masuk IGD pada hari itu, bukan karena hubunganku yang rusak tetapi karena pernafasanku terganggu sebelum aku pulang ke Sumedang hingga akhirnya aku tak sadarkan diri. Namun semuanya menghubungkan bahwa aku masuk IGD karena diputuskan dan menjadikannya sebagai sebuah lelucon. Aku hanya mengiyakan saja, padahal mereka tidak mengetahui bagaimana rasanya tak bisa bernafas, dada ini seperti ditindih oleh truk bermuatan 3000 ton, sangat berat dan bahkan hampir tak bisa berkata-kata. Mungkin apabila tak ada sahabat-sahabatku yang menginap dirumah karena keluargaku sedang diluar kota semuanya, aku tak akan pernah bisa menulis yang aku tulis sekarang.

Aku hanya bisa melamun. Dia berkata padaku sehari sebelum 1st anniversary.

“Besok anter De ke rumah temen ya. Terus udah itu kita makan bareng ya.”

Terdengar sangat menyenangkan. Tetapi sampai saat ini, kata-kata tersebut hanyalah menjadi impian belaka dan selalu menjadi impianku karena aku tak pernah mengalaminya sama sekali.

Hubunganku dengan Dia berangsur memburuk. Aku sering recok dengannya. Sampai-sampai Dia menjadi sangat cuek dan persuasif. Aku sering menghubunginya namun dia jarang bahkan tak pernah menjawab sedikitpun. Aku tahu ini karena diriku juga penyebabnya. Semua terasa begitu menyakitkan. Dia saat ini seperti menjadi orang lain yang bahkan tak pernah kukenal. Bahkan Miftah, salah seorang sahabatku, sampai enggan melihat sikapnya padaku.

“Dux (maklum panggilanku Wadux), kamu apaan sih masih ngejar-ngejar si Dia? Udah jelas dia ga ada respon sedikitpun.” Miftah yang berkata seperti itu.

“Ya abis gimana, Mi. Aku ga bisa kehilangan dia. Karena aku udah cuma percaya sama Dia dan aku udah nyaman banget sama Dia.”

“Okelah kalo gitu alesannya. Tapi apa kamu juga punya otak? Sekarang kamu mikirin terus si Dia, tapi apa saat ini dia juga mikirin kamu? Belum tentu bahkan mungkin ga pernah sama sekali! Garis bawahi itu. GA PERNAH!!!”

“Ya jangan yang ga pernahnya atuh, Mi. Mending belum tentu aja. Aku sekarang ga peduli, mau dia cuek atau apalah. Aku tetep sayang sama dia dan itu tekad aku sampe akhir.”

“Susah sih kalo cowo udah nemu satu titik kaya kamu. Sakit hati juga ga peduli. Ya udah lah yang penting kamu juga jangan keterlaluan. Dia mungkin masih naruh harapan sama kamu tapi kamu juga harus berubah. Buktiin sama dia kalo kamu ga seperti yang orang liat. Percaya lah, kamu pasti bisa dan aku tau kamu udah ga bisa selingkuh lagi.”

“Makasih, Mi”

“Yang penting sekarang mah kamu, jangan banyak pikiran.”

Datanglah Ketut, pria Bali asli Kupang yang juga sahabatku.

“Nah lagi pada maenin leppi. Jadi ga nih ngopiin b$%!pnya? Tsubasa Amami DVD Rip loh. Maennya cihuy. Aku mau hapus nih. Mau tobat.”

Anti-klimaks.

Curhatanku sama sekali tak ada hubungannya dengan b%$?p. Walaupun pada akhirnya kita menjawab “Mana flash disknya? Ada yang lain nggak?”

Sampai saat ini, hubunganku dengan Dia berangsur membaik. Ketika hari ulang tahunku, Dia meluangkan waktunya untukku, untuk kita berdua. Namun ya, kembali lagi Dia cuek seperti biasanya.

“Mungkin karena kita belum lagi menemukan satu titik temu. Tiap Aa yang baik, De yang ngejauh. Atau Aa yang diem, De deket. Kadang kita sama-sama jauhan. Tapi ga pernah sama-sama deket.”

Itu ujar Dia di waktu dimana aku masih berhubungan secara normal dan tak seperti sekarang yang tiada kepedulian. Entah tidak ada atau mungkin hanya perasaanku saja. Ya sekarang sih aku jalani saja karena toh benar apa yang dia ucapkan. Makanya sekarang aku lempeng mau Dia cuek atau apapun terserah dia. Aku biarkan dia bersama dunianya saja. Apabila jodoh, nanti pasti ada waktunya kita dipertemukan lagi.

Aku seperti oli bekas yang hitam legam dan tak senyawa dengan yang lain sedangkan Dia seperti pelangi yang mewarnai hidupku yang legam. Rasanya memang tak pantas oli bersebelahan dengan pelangi. Tapi siapa tahu dari oli bekas bisa berubah menjadi hujan yang berpelangi.

“Dux. Gimana sama Dia?” ujar Miftah.

“Alhamdulillah lancar-lancar aja. Ga recok lagi ko.”

“Oh gitu. Bagus deh soalnya aku udah punya pacar.”

“Monyet...”

Aku tertawa. Padahal dalam hati aku hanya bisa berkata bahwa sebetulnya hubunganku dengan Dia makin buruk karena mungkin, Dia kali ini sudah mulai membenciku mengingat, sudah tak ada lagi kepercayaan keluarganya terhadapku yang sudah menganggap aku adalah anak tak tahu diri yang sudah membuat anggota keluarganya tersakiti. Tak pernah ada maksudku untuk membuatnya menangis. Aku hanya ingin Dia mengerti bahwa aku ingin diperlakukan seperti teman-teman sekelasnya yang setiap hari bertemu. Aku hanya ingin diperlakukan setara dengan mereka sekalipun hanya satu minggu sekali atau dua minggu sekali. Itu saja. Namun aku terngiang. Dia berkata bahwa tunggulah sampai aku tidak pernah tahu Dia akan menjawab apa setelah kutembak lagi. Padahal pada kenyataannya sampai hari ini pun aku tak tahu Dia akan menjawab apa karena sampai hari inipun, Dia telah memutus silaturahmi denganku. Seolah aku telah lenyap dalam ingatannya atau bahkan mungkin lenyap dimutilasi Ryan Jombang sambil goyang-Gayus.

Sampai hari inipun aku dan Dia seolah seperti tidak pernah saling mengenal satu sama lain. Aku tahu, Dia pasti sibuk dengan dunianya juga aku tahu dia sedang sibuk-sibuknya persiapan menuju Ujian Nasional. Aku pun sibuk dengan kuliahku juga pekerjaanku sebagai Guru honorer bimbel juga sound engineer. Kita kali ini bisa disebut menjalani hidup masing-masing. Aku mungkin hampa, Dia belum tentu. Sms-ku sudah tak dipedulikannya, BBM pun tak pernah ada balasan. Apalagi di jejaring sosial, kita seolah sebagai orang lain beda spesies. Aku Pithecantrophus Mojokertensis dan Dia sebagai Homo Sapiens. Dua-duanya sama-sama goyang-gayung sambil salto. Aku hanya bisa berpikiran positif padanya dan hanya tetap bisa mendoakan Dia beserta keluarganya selalu dalam lindungan Allah SWT.

Aku sampai saat ini menunggu. Ya. Menunggu itu adalah hal yang sangat membosankan dan menunggu itu terasa hambar. Aku tak mengerti. Sampai subuh inipun, aku menulis entri baru dalam bentuk cerpen yang panjang inipun, aku merasa datar. Tak bisa merasakan rasa sakit hati, bahkan enaknya ditraktir. Dan roti isi pisang coklat yang kubeli di Bandung tadi malam pun terasa begitu hambar. Bahkan sampai tulisanku rampung dan rotinya habispun, aku masih belum bisa merasakan "a bitter-sweet of choco banana bread" ini. Ya. Hambar dan hampa...

-Rd. Fadli Aditia R. S.-

-04-12-2011-